Jakarta, Banyumas.News– Pasar obligasi hingga semester II 2024 diproyeksi masih menarik terutama bagi surat berharga negara (SBN) atau obligasi pemerintah dengan jangka waktu menengah dan pendek (2 tahun-5 tahun) di tengah fluktuasi pasar seperti yang terjadi saat ini.
Menurut Karinska Bella Priyatno, analis pendapatan tetap dari PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, harga SBN dengan jangka waktu pendek diproyeksikan akan terus berfluktuasi dengan tingkat imbal hasil (yield) sekitar 6,2%-6,35%. “Ini memberi peluang bagi pelaku pasar untuk meraih keuntungan,” kata dalam buka puasa bersama di Jakarta, Kamis (28/3/2024) dikutip Antara.
Bella menyatakan hingga akhir kuartal pertama tahun ini, pasar cenderung lebih memerhatikan seri obligasi dengan jangka waktu menengah dan pendek. “Investor juga lebih cenderung memilih instrumen obligasi dengan jangka waktu pendek karena jadwal jatuh tempo yang sudah dekat, sehingga risiko lebih terkontrol,” kata dia.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling berlawanan, ketika harga naik, maka akan menurunkan yield. Adapun yield menjadi indikator utama bagi investor di pasar obligasi karena mencerminkan kupon, jangka waktu, dan risiko.
Dia mengatakan fluktuasi pasar instrumen pendapatan tetap saat ini masih dipengaruhi data makroekonomi, terutama dari AS. Meskipun suku bunga global masih tinggi, tetapi daya tarik SBN tetap kuat karena riil yield SBN Indonesia masih menguntungkan, terutama dengan inflasi terjaga.
Perbandingan antara yield SBN tenor 10 tahun dengan obligasi AS (US Treasury) tenor 10 tahun menunjukkan preferensi cukup baik terhadap obligasi Indonesia. Hal ini menandakan kepercayaan pasar terhadap kestabilan ekonomi Indonesia.
Chief Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, menambahkan keyakinan terhadap pasar obligasi ini didukung kekuatan ekonomi Indonesia, meskipun dihadapkan tantangan, seperti suku bunga tinggi dan kenaikan inflasi pangan.