Halmahera, Banyumas.News –Desa Bobaneigo Madihutu, Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara dihebohkan dengan penemuan beberapa bunker yang diduga merupakan peninggalan Jepang pada masa Perang Dunia II.
Warga setempat menemukan empat bunker yang tersebar di lokasi yang berbeda, tak jauh dari pemukiman mereka. Temuan ini mengundang rasa penasaran warga, yang kemudian berbondong-bondong menuju lokasi untuk melihat langsung.
Meskipun lokasi menuju bunker hanya berjarak 200 meter, medan yang menanjak dan berbatu membutuhkan fisik yang kuat untuk sampai ke tujuan. Beberapa warga terlihat kesulitan masuk ke dalam bunker karena lubang pintu masuk yang kecil, dengan diameter hanya 60 cm.
Tokoh masyarakat Desa Bobaneigo Madihutu, Soleman Musa menjelaskan bahwa awalnya pintu bunker tertutup dan harus dibersihkan terlebih dahulu agar warga bisa masuk.
“Semulanya kita temukan itu masih tertutup, kita kemudian membawa cangkul untuk membersihkan pada bagian depan, kemudian kita bisa masuk,” kata Soleman Musa kepada Banyumas.News, Jumat (17/11/2023).
Menurutnya, bunker yang ditemukan merupakan tempat persembunyian dan markas para tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.
“Cerita orang tua, di sinilah tempatnya persembunyian tentara Jepang pada Perang Dunia II,” ucapnya.
Selain bunker, warga juga menemukan sebuah bom berukuran besar yang sudah tidak berfungsi. Kepala Desa Bobaneigo Madihutu, Fataha Idrus, menyatakan bahwa penemuan ini akan dikembangkan menjadi objek wisata sejarah.
“Kami akan tetap melindungi, menjaga keberadaan bunker karena itu merupakan salah satu warisan yang ada di desa kami,” ungkapnya.
Ia mengatakan warga desa mengunggah penemuan itu ke media sosial sehingga menarik rasa penasaran banyak orang untuk datang melihat bunker peninggalan Jepang tersebut.
“Heboh-hebohnya ini semenjak satu minggu belakangan, sejak 10 November kemarin lalu dibuat konten oleh masyarakat. Para perangkat desa juga ikut turun ke lokasi mencari keberadaan bunker sehingga semulanya hanya satu kini ditemukan sebanyak empat bunker,” ungkap Fataha.
Pemerintah desa berencana berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera Barat untuk mengembangkan lokasi tersebut sebagai objek wisata sejarah. Meski belum dibuka untuk umum karena perlu pengecekan kondisi struktur tanah pada bunker, masyarakat berharap situs sejarah ini dapat dijaga dan dilestarikan.
“Hal yang terpenting adalah kami harus berkoordinasi dengan pihat terkait atas keberadaan bunker atas kelayakan struktur kondisi kelayakan bunker itu masih layak atau tidak untuk dikunjungi,” jelasnya.