Palangka Raya, Banyumas.News – Musim kemarau panjang yang melanda wilayah Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, selama enam bulan terakhir berdampak pada kerugian para petani ikan keramba di Sungai Kahayan.
Cuaca panas ekstrem dan surutnya debit air, membuat suhu air di Sungai Kahayan meningkat, menyebabkan banyaknya kematian ikan keramba jenis Nila. Selain itu, musim kemarau juga memperlambat masa panen yang seharusnya dilakukan pada waktu yang telah ditentukan.
Bahrudin, seorang petani ikan keramba di Sungai Kahayan, menyebutkan harga pakan ikan saat ini cukup tinggi mencapai Rp 410.000 per sak. Untuk menghindari kerugian lebih lanjut, para petani terpaksa mengurangi pemberian pakan, meskipun hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan.
“Normalnya, ikan keramba memerlukan waktu sekitar tujuh bulan untuk bisa dipanen. Namun, banyak bibit ikan nila yang mati selama musim kemarau ini, ditambah dengan harga pakan yang tinggi, membuat kami mengalami kerugian,” kata Bahrudin, Jumat (17/11/2023).
Dia juga menjelaskan bahwa dalam situasi ini, para petani terpaksa menjual ikan keramba mereka meski belum mencapai masa panen yang optimal. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan usaha mereka, meskipun keuntungannya tidak maksimal.
Isna, petani lainnya, menjalankan sistem bagi hasil dengan pemilik modal. Selama musim kemarau, lebih dari 50% ikan nila di keramba yang dia budidayakan mati akibat kualitas air yang buruk. Upaya pemberian pakan juga harus dikurangi, hanya dilakukan dua kali sehari, untuk menghindari kematian bibit ikan yang lebih banyak.
Para petani ikan di Sungai Kahayan berharap adanya solusi dari pihak pemerintah, seperti penyuluhan, agar mereka dapat beradaptasi dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. Dengan demikian, produksi ikan keramba dapat terus memenuhi kebutuhan pasar.