Samarinda, Banyumas.News –Guru di SD Negeri di Jalan Wahid Hasyim 1, Kota Samarinda, mengungkap sosok Baim atau BM (13) yang viral karena tinggal sendirian di hutan setelah ditinggal orang tuanya yang bercerai. Di mata gurunya, Baim ialah sosok yang rajin dan berbakat memainkan alat musik darbuka.
Setelah dievakuasi oleh Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kalimantan Timur, Baim, bocah berusia 13 tahun yang sebelumnya hidup sendirian di hutan, kini telah memulai pendidikan di salah satu pondok pesantren di Kota Samarinda pada Senin (13/11/2023) pagi. Di hari pertamanya di pondok pesantren, Baim dengan cepat berbaur dengan anak-anak seusianya.
Sebelum memulai perjalanan pendidikannya di pesantren, momen haru terjadi saat Baim berpamitan dengan sejumlah guru di salah satu SD Negeri di Jalan Wahid Hasyim 1, Kota Samarinda. Beberapa guru tak dapat menahan air mata saat Baim berpamitan karena harus pindah sekolah ke pondok pesantren di wilayah Kecamatan Samarinda Utara.
Sebagai murid yang baik, rajin, dan berbakat dalam bermain alat musik darbuka, Baim meninggalkan kesan positif di sekolahnya. Ana Setiawati, wali kelas Baim, menyatakan bahwa Baim merupakan siswa yang rajin, tidak membuat masalah, selalu menyelesaikan tugas tepat waktu, dan memiliki bakat di bidang bermain darbuka.
“Kalau di lingkungan sekolah, Baim ini anaknya baik, dia tidak nakal, tidak suka mengganggu temannya, tugas juga diselesaikan, dan dia punya talenta yaitu darbuka yang di atas anak-anak SD seperti itu, jadi dia itu baik saja di sini,” kata Ana kepada Banyumas.News saat ditemui di sekolahnya di Samarinda, Senin (13/11/2023) pagi.
Ana menekankan bahwa bakat Baim dalam memainkan darbuka perlu dikembangkan. Selama bersekolah, Baim sabar mengajari teman-teman lainnya bermain darbuka dengan didampingi oleh gurunya.
“Dia sebagai anggota habsyi, dia pegang darbuka, juga melatih teman-temannya yang baru pemula itu. Saya cuma mendampingi saja,” tambah Ana.
Meskipun secara akademis Baim tidak terlalu unggul, karena nilai harian sebatas rata-rata anak-anak seusianya, Baim tergolong murid yang rajin mengerjakan PR dan selalu menyelesaikan tugas tepat waktu.
“Nilai dia cukup, dia juga anak yang rajin mengerjakan PR, tugas-tugas selesai cepat waktu, kemampuannya cukup saja seperti rata-rata anak lain,” pungkasnya.
Saat ini, Baim telah memulai kehidupan baru dengan pendidikan di pondok pesantren. Kondisinya akan tetap dipantau oleh Tim dari TRC PPA Kaltim untuk memonitor perkembangan dan pertumbuhannya.
Sebelumnya, bocah laki-laki berusia 13 tahun di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, dievakuasi oleh tim TRC PPA Kaltim setelah hidup sendiri selama dua pekan dalam tenda di tengah perkebunan. Kondisi sulit Baim disebabkan oleh keinginannya untuk tidak tinggal bersama orang tuanya yang telah bercerai dan dugaan trauma akibat sering menyaksikan kekerasan saat masih bersama kedua orang tuanya.