Jakarta, Banyumas.News– Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa para emiten telah berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 201,54 triliun melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham, right issue, dan efek bersifat utang, seperti obligasi dan sukuk di pasar modal hingga 11 November 2023.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengungkapkan bahwa sebagian besar dana yang terkumpul, yaitu Rp 110,4 triliun, berasal dari surat utang 99 emisi oleh 56 penerbit. “Diikuti dana IPO sebesar Rp 53,84 triliun dari 77 perusahaan, dan right issue sebesar Rp 37,3 triliun dari 26 perusahaan,” kata dia dikutip dari Investor Daily, Sabtu (11/11/2023).
Nyoman Yetna menambahkan masih terdapat rencana penggalangan dana yang akan dilakukan beberapa perusahaan melalui surat utang, right issue, dan IPO. Untuk surat utang, terdapat 16 emisi dari 12 penerbit, dengan sektor keuangan menjadi yang terbanyak, diikuti dua perusahaan dari sektor barang baku dan energi, serta tiga perusahaan dari sektor industri, barang konsumsi primer, dan properti, dan real estat.
Sementara itu, terdapat 24 perusahaan dalam pipeline untuk penggalangan dana melalui right issue. Perinciannya mencakup satu perusahaan dari sektor barang baku, infrastruktur, dan transportasi, empat perusahaan dari sektor barang konsumsi primer dan energi, lima perusahaan dari sektor keuangan, dan delapan perusahaan dari sektor barang konsumsi non-primer.
Nyoman Yetna juga menyebutkan bahwa terdapat 28 calon perusahaan yang akan terdaftar. Dari segi aset, sebagian besar berasal dari perusahaan dengan aset skala menengah (Rp 50 miliar-Rp 250 miliar) sebanyak 16 calon emiten, diikuti 11 perusahaan dengan aset skala besar (di atas Rp 250 miliar), dan satu perusahaan dengan aset skala kecil (di bawah Rp 50 miliar).
Dari segi sektor, enam perusahaan berasal dari sektor barang konsumsi non-primer, diikuti oleh sektor barang konsumsi primer, industri, dan infrastruktur masing-masing dengan empat perusahaan. Sektor barang baku dan teknologi masing-masing menyumbang tiga perusahaan, sementara sektor kesehatan dan transportasi masing-masing memiliki satu perusahaan dalam pipeline.