Chicago, Banyumas.News– Harga minyak mentah dunia jenis Brent, patokan global ditutup di atas US$ 80 per barel pada perdagangan Kamis (9/11/2023), setelah kekhawatiran permintaan dan memudarnya risiko perang memicu aksi jual awal pekan ini.
Dikutip dari CNBC International, harga minyak mentah berjangka Brent ditutup pada US$ 80,01 per barel, naik 47 sen atau 0,59%. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) acuan AS berakhir pada US$ 75,74 per barel, naik 41 sen atau 0,54%.
Komentar Ketua Federal Reserve AS (The Fed) Jerome Powell yang mengindikasikan kenaikan suku bunga di masa mendatang mengguncang harapan pasar saham. Selain itu, komentar ini akan menekan kuatnya permintaan minyak mentah. “Ada hambatan ekonomi makro yang memengaruhi pasar saat ini,” kata analis di Again Capital LLC, John Kilduff.
Sementara Wakil Presiden dan Kepala Penelitian Pasar Minyak di S&P Global Commodity Insights, Jim Burkhard, mengatakan fundamental pasar mendominasi sentimen investor sepanjang Kamis karena kekhawatiran gangguan pasokan di Timur Tengah mereda
“Perang Israel-Hamas memang memicu volatilitas dan membawa risiko, tetapi tidak memengaruhi fundamental pasar minyak,” kata Burkhard.
Harga minyak saat ini, kata dia, masih di bawah harga pada akhir September atau seminggu sebelum serangan Hamas. “Fundamental pasar minyak yang kuat mengatasi segala kekjawatiran saat ini,” kata dia.
Diketahui, minyak Brent hampir US$ 20 per barel lebih rendah dari harga tertingginya di September.
Sementara data dari Tiongkok menunjukkan para pengambil kebijakan kesulitan mengendalikan disinflasi, sehingga menimbulkan keraguan pemulihan ekonomi di negara konsumen komoditas terbesar dunia tersebut.
Pada awal minggu ini, data bea cukai menunjukkan total ekspor barang dan jasa Tiongkok mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan.
Indikator permintaan juga menyiratkan kelemahan di Amerika Serikat. Persediaan minyak mentah AS meningkat 11,9 juta barel dalam minggu yang berakhir 3 November, kata sumber yang mengutip angka American Petroleum Institute.
Jika terkonfirmasi, angka ini akan mewakili kenaikan mingguan terbesar sejak Februari.